Pages

Minggu, 20 November 2011

Masjid Pogung Dalangan 3

Sisi lain yang menarik dari masjid ini adalah fisik bangunannya, kalau boleh diibaratkan seperti manusia maka ia seperti atlet bina raga Ade Ray yang menggunakan kaos ketat artinya terlalu dipaksakan dengan lahan yang digunakan. Ditinjau dari segi fungsi untuk menampung jamaah memang lebih banyak tetapi dari estetika dan seni arsitektur sungguh minim sekali. Tampak dari luar hanya seperti bangunan persegi dan cenderung seperti gedung serba guna. Seandainya saja sedikit memperhatikan seni arsitektur maka masjid ini akan memiliki tampak bangunan yang indah yang tentunya seni bangunan masjid dan terdapat teras untuk lokasi peralihan antara bagian luar dan dalam masjid serta ruang terbuka tempat alas kaki jamaah yang sedang beribadah. Jika dibandingkan dengan yang terjadi sekarang adalah jika masjid penuh jamaah atau pada waktu-waktu sholat wajib terutama maghrib dan jum’at maka terlihat pemandangan yang kurang sedap yaitu alas kaki yang berserakan bahkan terkesan sampai di jalanan umum yang seharusnya milik pemakai jalan, bukankah tempat ini bukan milik masjid?, sungguh disayangkan. Saya yakin jika tersentuh oleh ahlinya yaitu seni bangunan arsitektur maka akan tampak lebih indah dan menarik. Proses dan alir dari jamaah juga akan diperhitungkan sehingga tata letak pun akan menyesuaikan. Dimana ruang wudhu baik pria dan wanita, dimana ruang takmir (baca; yang jaga masjid), dimana ruang sound system dan lain-lain. Yang terjadi juga adalah ruang penjaga masjid yang hanya memiliki akses langsung dan berada berdampingan dengan tempat mimbar dan imam, yang terjadi adalah jika penjaga kesiangan maka akan ada pemandangan yang kurang sedap ada orang yang keluar dari lokasi mimbar dan imam yang tidak pantas diperlihatkan belum rapih, belum berdandan, belum mandi dan lain-lain. Belum lagi mengenai alir dari udara atau ventilasinya agar masjid tetap terasa sejuk dan nyaman.

Adapun jika dari perilaku para jamaah maka ada hal yang menggelitik untuk dicermati. Dari sekian banyak ragam jamaah maka satu hal saja yang menjadi perhatian yaitu perilaku para jamaah muda yang penuh semangat dalam beribadah sehingga sampai tidak memperhatikan sopan santun dalam tindak dan lakunya. Mereka datang tidak di waktu awal tetapi ingin memperoleh barisan terdepan sehingga tampak dari tindakannya yang terkesan terburu-buru sehingga melewati jamaah yang sudah ada di barisan yang sudah rapih. Dalam bahasa jawa “dusel” artinya memaksa untuk mendapatkan atau memperoleh tempat di barisan. Padahal yang diajarkan adalah siapa yang datang duluan berada dibarisan terdepan dan yang belakangan harus bersabar untuk bertahap memperoleh barisan dan mengisi yang masih kosong, bukan berebut untuk yang terdepan. Jika ingin yang terdepan mereka harus datang lebih awal atau jika ingin mengisi barisan yang kosong maka dengan sopan menepuk pundak sambil berucap “permisi” atau lainnya jika melewati jamaah bahkan akan lebih baik jika meminta maaf karena melewati yang bersangkutan. Karena bisa jadi jamaah yang akan dilewati sedang khusyu berkomunikasi dengan Sang Khalik atau berdzikir. Atau akan lebih baik jika menunggu sampai iqomah sehingga barisan akan tertata ulang terisi yang kosong dan sambil meluruskan tidak akan melewati atau apalagi melintas/menyebrangi jamaah yang sudah duduk.

Demikian juga sebaliknya, jika jamaah ingin atau sudah berada pada barisan terdepan maka memiliki konsekuensi untuk pulang atau beranjak dari tempat duduk setelah ada tempat luang atau memungkinkan untuk dilewati. Alangkah tidak sopannya jika dengan gagah kepala mendongak tanpa berucap memohon maaf dan ijin untuk lewat, jamaah yang berada didepan setelah selesai sholat kemudian dia berdiri berjalan melewati jamaah lain yang sedang khusyu berdoa atau berdzikir pasti dan dijamin akan mengganggu. Ini tidak ada dalam syariat tetapi alangkah indah dan lebih beradab jika kita memperhatikan sopan santun dan beretika. Apalagi jika terkesan memaksa ketika akan melewati barisan yang rapat maka melangkahkan kaki sampai diangkat sejajar dengan kepala...wah wah memang tidak pantas sepertinya. Harus disadari bahwa jika kita berada pada barisan paling depan harus bersabar dan menunggu jika ada tempat atau jalur yang memungkinkan untuk dilewati jika ingin menyudahi kegiatan ibadah kita dan hendak keluar dari masjid. Artinya jika tidak bersabar atau tidak mau menunggu maka jangan berkeinginan dan berkehendak untuk berada pada barisan terdepan.

Wallahu 'alam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar