Pages

Jumat, 14 Mei 2010

Sabar dan Ikhlas

Sering kita mendengar ucapan sabar dan ikhlas, terutama jika kita tertimpa musibah saking beratnya hakekat kata "musibah" sehingga menggunakan kata "tertimpa" seolah ada barang yang besar atau berat jatuh di badan atau kepala kita. Memang demikian adanya sehinga siapa saja yang memperoleh ungkapan kata "tertimpa musibah" bisa jadi merubah kondisi hidup dan kehidupannya. Dari yang senang bisa menjadi susah, dari yang pandai bisa jadi merasa paling bodoh, dari yang merasa berilmu menjadi merasa paling tidak tahu apa-apa. Jarang kita memperoleh saran untuk sabar dan ikhlas ketika dalam keadaan senang dan gembira. Yang sebenarnya kita dituntut untuk sabar dalam tiga hal : sabar dalam ketaatan, sabar dalam cobaan, sabar dalam memberi. Sabar dalam ketaatan adalah didalam menjalankan segala tindak dan laku yang benar, benar sesuai aturan dan norma baik agama dan masyarakat yang bisa jadi tidak sesuai dengan kehendak hati dan pikir kita. Sabar dalam cobaan adalah perilaku menerima ketika sedang memperoleh kesulitan, kegundahan, kesusahan dan segala sesuatu yang hati dan pikir menjadi tidak tenang dan tentram. Kata menerima bermakna lebih luas dari hanya sekedar ada pada ucapan bahwa saya menerima tetapi lebih dari itu bahwa dalam sikap dan perilaku bahkan mimik wajah orang yang selalu menerima tidak menunjukan bahwa sedang dalam kesulitan atau musibah. Diperlukan hati yang lapang dan pikir yang luas sehingga bisa tercermin pada sikap dan perilaku yang tetap tenang , jauh dari emosi dan tetap mencari jalan keluar. Dan yang terakhir sabar dalam memberi adalah terkait dengan godaan hati yang selalu ingin memperoleh kata terima kasih dari orang yang menerima, kalau lebih dalam kita mau mengakui bahwa kata tersebut hanya untuk Sang khalik yang lewat kekuasaannya memberikan sesuatu lewat tangan kita. Lebih mulia jika kita bisa melupakan atau lebih tepat tidak selalu mengingat apa yang telah kita berikan dan tidak terlalu berpikir mendalam untuk apa atau bahkan digunakan untuk apa yang telah kita berikan karena hanya akan mengurangi dan mengganggu rasa ikhlas kita dalam memberi, biarkan semua berjalan dan tetap memelihara kebiasaan memberi karena siapa yang lebih banyak memberi maka akan lebih banyak menerima. Alloh akan menambah nikmat jika kita mau selalu bersyukur dan akan memberikan siksa jika kita selalu mengeluh dan tidak bersyukur . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar